Peran Keradioaktifan Dalam Perkembangan Struktur Atom Sejarah Dan Pengaruhnya
Pendahuluan
Guys, pernah gak sih kalian bertanya-tanya bagaimana para ilmuwan zaman dulu bisa tahu tentang struktur atom, padahal alat-alatnya belum secanggih sekarang? Nah, di sinilah peran keradioaktifan muncul sebagai pahlawan dalam mengungkap misteri dunia atom. Keradioaktifan, atau kemampuan suatu materi untuk memancarkan radiasi secara spontan, menjadi jendela bagi para ilmuwan untuk mengintip ke dalam inti atom dan memahami bagaimana atom itu sebenarnya tersusun. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam bagaimana keradioaktifan berkontribusi pada perkembangan pemahaman kita tentang struktur atom, mulai dari penemuan awal hingga dampaknya yang luas dalam dunia sains dan teknologi. Kita akan membahas sejarah penemuan keradioaktifan, eksperimen-eksperimen penting yang mengungkap struktur atom, serta pengaruh keradioaktifan dalam berbagai bidang seperti kedokteran, energi, dan arkeologi. Jadi, siapkan diri kalian untuk menyelami dunia atom yang menarik dan penuh kejutan ini!
Sejarah Penemuan Keradioaktifan
Kisah keradioaktifan dimulai pada akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1896, ketika seorang ilmuwan Prancis bernama Henri Becquerel sedang melakukan penelitian tentang fosforesensi. Fosforesensi adalah kemampuan suatu zat untuk memancarkan cahaya setelah terpapar cahaya. Becquerel menggunakan garam uranium dalam eksperimennya. Secara tidak sengaja, ia menemukan bahwa garam uranium dapat memancarkan radiasi yang dapat menghitamkan pelat fotografi, bahkan tanpa terpapar cahaya matahari. Awalnya, Becquerel mengira bahwa radiasi ini adalah bentuk baru dari fosforesensi. Namun, setelah serangkaian eksperimen lebih lanjut, ia menyadari bahwa radiasi ini memiliki sifat yang berbeda dan berasal dari atom uranium itu sendiri. Penemuan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah sains, karena inilah awal mula kita mengenal fenomena keradioaktifan.
Penemuan Becquerel ini kemudian menarik perhatian Marie Curie dan suaminya, Pierre Curie. Pasangan ilmuwan ini mulai melakukan penelitian lebih lanjut tentang fenomena keradioaktifan. Mereka menemukan bahwa unsur thorium juga bersifat radioaktif. Yang lebih mengejutkan, mereka berhasil mengisolasi dua unsur radioaktif baru, yaitu polonium dan radium. Marie Curie kemudian menciptakan istilah "radioaktivitas" untuk menggambarkan fenomena ini. Penelitian mereka tidak hanya memperluas daftar unsur radioaktif, tetapi juga membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam tentang sifat-sifat radiasi dan asal-usulnya. Marie Curie menjadi wanita pertama yang memenangkan Hadiah Nobel, dan satu-satunya orang yang memenangkan Hadiah Nobel dalam dua bidang sains yang berbeda (Fisika dan Kimia). Kontribusi mereka sangat berharga dalam membuka tabir misteri keradioaktifan.
Eksperimen Rutherford dan Model Atom
Salah satu eksperimen paling ikonik dalam sejarah fisika adalah eksperimen hamburan partikel alfa yang dilakukan oleh Ernest Rutherford dan para koleganya pada tahun 1909. Rutherford ingin menguji model atom "roti kismis" yang diajukan oleh J.J. Thomson, yang menggambarkan atom sebagai bola bermuatan positif dengan elektron-elektron kecil yang tersebar di dalamnya seperti kismis dalam roti. Rutherford menggunakan partikel alfa, yang merupakan partikel bermuatan positif yang dipancarkan oleh unsur radioaktif, sebagai "proyektil" untuk menembak lapisan tipis emas. Hasil eksperimen ini sangat mengejutkan dan mengubah pemahaman kita tentang struktur atom secara drastis.
Jika model atom Thomson benar, maka partikel alfa seharusnya hanya mengalami sedikit pembelokan saat melewati lapisan emas. Namun, Rutherford dan timnya menemukan bahwa sebagian kecil partikel alfa mengalami pembelokan yang sangat besar, bahkan ada yang memantul kembali. Rutherford kemudian menyimpulkan bahwa sebagian besar massa dan muatan positif atom terkonsentrasi di wilayah yang sangat kecil di pusat atom, yang kemudian disebut sebagai inti atom atau nukleus. Elektron-elektron bergerak mengelilingi inti atom pada jarak yang relatif jauh, seperti planet mengelilingi matahari. Model atom Rutherford ini, yang dikenal sebagai model atom nuklir, menjadi dasar bagi pemahaman kita tentang struktur atom hingga saat ini. Eksperimen ini menunjukkan betapa pentingnya keradioaktifan dalam mengungkap struktur atom yang kompleks.
Peran Keradioaktifan dalam Perkembangan Struktur Atom
Identifikasi Partikel Subatomik
Keradioaktifan memainkan peran krusial dalam identifikasi partikel subatomik, yaitu partikel-partikel yang lebih kecil dari atom, seperti elektron, proton, dan neutron. Radiasi yang dipancarkan oleh zat radioaktif terdiri dari partikel-partikel ini. Misalnya, partikel alfa adalah inti helium yang terdiri dari dua proton dan dua neutron, partikel beta adalah elektron atau positron, dan sinar gamma adalah radiasi elektromagnetik berenergi tinggi. Dengan mempelajari sifat-sifat radiasi ini, para ilmuwan dapat memahami lebih dalam tentang partikel-partikel penyusun atom.
Penemuan elektron oleh J.J. Thomson pada tahun 1897, misalnya, melibatkan penggunaan tabung sinar katoda, yang menghasilkan berkas elektron ketika diberi tegangan tinggi. Sinar katoda ini kemudian diketahui sebagai partikel beta. Eksperimen Rutherford dengan partikel alfa juga berkontribusi pada pemahaman tentang inti atom yang mengandung proton dan neutron. James Chadwick, seorang fisikawan Inggris, menemukan neutron pada tahun 1932 dengan melakukan eksperimen yang melibatkan radiasi dari unsur radioaktif berilium. Penemuan neutron melengkapi model atom modern dan menjelaskan keberadaan isotop, yaitu atom-atom dengan jumlah proton yang sama tetapi jumlah neutron yang berbeda. Identifikasi partikel subatomik ini merupakan langkah fundamental dalam memahami struktur atom dan sifat-sifatnya.
Penentuan Nomor Atom dan Nomor Massa
Keradioaktifan juga berperan penting dalam penentuan nomor atom dan nomor massa suatu unsur. Nomor atom adalah jumlah proton dalam inti atom, yang menentukan identitas suatu unsur. Nomor massa adalah jumlah total proton dan neutron dalam inti atom. Unsur-unsur radioaktif mengalami peluruhan radioaktif, yaitu proses di mana inti atom tidak stabil memancarkan partikel atau energi untuk menjadi lebih stabil. Dalam proses peluruhan alfa, misalnya, inti atom memancarkan partikel alfa, yang mengurangi nomor atom sebanyak 2 dan nomor massa sebanyak 4. Dalam proses peluruhan beta, neutron dalam inti atom berubah menjadi proton, yang meningkatkan nomor atom sebanyak 1 tanpa mengubah nomor massa secara signifikan. Dengan mempelajari jenis dan energi radiasi yang dipancarkan oleh suatu unsur radioaktif, para ilmuwan dapat menentukan nomor atom dan nomor massanya. Teknik ini sangat berguna dalam mengidentifikasi unsur-unsur baru dan memahami sifat-sifatnya.
Isotop radioaktif juga digunakan dalam penentuan umur batuan dan artefak arkeologi melalui metode penanggalan radiokarbon dan penanggalan uranium-timbal. Metode ini didasarkan pada laju peluruhan radioaktif yang konstan dari isotop tertentu. Misalnya, karbon-14, isotop radioaktif karbon, digunakan untuk menentukan umur materi organik hingga sekitar 50.000 tahun. Uranium-238, isotop radioaktif uranium, meluruh menjadi timbal-206 dengan laju yang sangat lambat, sehingga dapat digunakan untuk menentukan umur batuan yang berusia miliaran tahun. Metode penanggalan radioaktif ini memberikan informasi berharga tentang sejarah bumi dan peradaban manusia.
Pengembangan Model Atom Modern
Keradioaktifan juga berkontribusi pada pengembangan model atom modern, yang didasarkan pada mekanika kuantum. Model atom Rutherford, meskipun revolusioner, memiliki beberapa kelemahan. Misalnya, model ini tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom karena kehilangan energi saat bergerak mengelilingi inti. Niels Bohr, seorang fisikawan Denmark, mengusulkan model atom Bohr pada tahun 1913, yang menyatakan bahwa elektron hanya dapat berada pada tingkat energi tertentu atau orbit di sekitar inti atom. Ketika elektron berpindah dari satu tingkat energi ke tingkat energi yang lain, ia memancarkan atau menyerap foton, partikel cahaya dengan energi tertentu. Model atom Bohr berhasil menjelaskan spektrum emisi atom hidrogen, tetapi tidak dapat menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks.
Mekanika kuantum, yang dikembangkan pada tahun 1920-an oleh ilmuwan seperti Werner Heisenberg dan Erwin Schrödinger, memberikan deskripsi yang lebih akurat tentang perilaku elektron dalam atom. Dalam model atom mekanika kuantum, elektron tidak bergerak dalam orbit yang pasti, tetapi berada dalam orbital, yaitu wilayah ruang di sekitar inti atom di mana elektron memiliki probabilitas tertinggi untuk ditemukan. Orbital-orbital ini memiliki bentuk dan energi yang berbeda, yang menjelaskan sifat-sifat kimia unsur-unsur. Keradioaktifan membantu memvalidasi model atom mekanika kuantum dengan memberikan bukti eksperimen tentang keberadaan partikel subatomik dan energi yang terlibat dalam transisi atom. Model atom modern ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang struktur atom dan sifat-sifatnya.
Pengaruh Keradioaktifan dalam Berbagai Bidang
Kedokteran
Keradioaktifan memiliki aplikasi yang luas dalam bidang kedokteran, terutama dalam diagnosis dan pengobatan penyakit. Isotop radioaktif digunakan sebagai perunut (tracer) dalam berbagai prosedur diagnostik, seperti pemindaian tiroid, pemindaian tulang, dan pemindaian jantung. Perunut radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien, dan radiasi yang dipancarkannya dideteksi oleh kamera khusus. Gambar yang dihasilkan memberikan informasi tentang fungsi organ dan jaringan dalam tubuh. Terapi radiasi menggunakan radiasi berenergi tinggi, seperti sinar gamma atau partikel beta, untuk membunuh sel kanker. Radiasi merusak DNA sel kanker, sehingga menghambat pertumbuhan dan penyebarannya. Terapi radiasi dapat digunakan sebagai pengobatan utama untuk kanker atau sebagai terapi tambahan setelah operasi atau kemoterapi. Isotop radioaktif seperti iodin-131 digunakan untuk mengobati penyakit tiroid, dan strontium-89 digunakan untuk mengobati nyeri tulang akibat kanker.
Energi
Keradioaktifan juga memainkan peran penting dalam pembangkitan energi nuklir. Reaktor nuklir menggunakan reaksi fisi nuklir, yaitu pembelahan inti atom berat seperti uranium-235 atau plutonium-239, untuk menghasilkan energi panas. Energi panas ini digunakan untuk memanaskan air dan menghasilkan uap, yang kemudian memutar turbin untuk menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan energi dalam jumlah besar dengan sedikit emisi gas rumah kaca, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan dan pembuangan limbah radioaktif. Penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan reaktor nuklir yang lebih aman dan efisien, serta metode penyimpanan limbah radioaktif yang lebih baik. Energi nuklir dapat menjadi sumber energi yang potensial di masa depan, tetapi perlu dikelola dengan hati-hati untuk meminimalkan risiko.
Industri dan Arkeologi
Dalam industri, keradioaktifan digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti pengujian tanpa merusak (non-destructive testing) material, pengukuran ketebalan material, dan sterilisasi peralatan medis. Dalam arkeologi, metode penanggalan radiokarbon digunakan untuk menentukan umur artefak organik, seperti kayu, tulang, dan kain. Metode penanggalan uranium-timbal digunakan untuk menentukan umur batuan dan mineral, yang memberikan informasi tentang sejarah bumi. Teknik-teknik ini sangat berharga dalam memahami peradaban kuno dan evolusi bumi.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa keradioaktifan telah memainkan peran yang sangat signifikan dalam perkembangan pemahaman kita tentang struktur atom. Mulai dari penemuan awal oleh Becquerel dan penelitian mendalam oleh Marie dan Pierre Curie, hingga eksperimen Rutherford yang mengubah paradigma tentang model atom, keradioaktifan telah membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam tentang partikel subatomik, nomor atom, nomor massa, dan model atom modern. Pengaruh keradioaktifan tidak hanya terbatas pada dunia sains, tetapi juga meluas ke berbagai bidang seperti kedokteran, energi, industri, dan arkeologi. Meskipun keradioaktifan memiliki potensi bahaya, pemahaman dan pemanfaatan yang tepat dapat memberikan manfaat yang besar bagi manusia. Jadi, guys, mari kita terus belajar dan mengembangkan pengetahuan kita tentang keradioaktifan untuk masa depan yang lebih baik!
Pertanyaan Terkait Keradioaktifan
Apa peran utama keradioaktifan dalam perkembangan pemahaman tentang struktur atom?
Peran utama keradioaktifan dalam perkembangan pemahaman tentang struktur atom sangatlah krusial dan multidimensional. Keradioaktifan, sebagai fenomena pemancaran radiasi spontan dari inti atom yang tidak stabil, telah menjadi alat ampuh bagi para ilmuwan untuk "mengintip" ke dalam dunia atom yang tak terlihat. Mari kita bedah lebih dalam bagaimana keradioaktifan berkontribusi pada pemahaman kita tentang struktur atom:
-
Identifikasi Partikel Subatomik: Keradioaktifan memungkinkan kita untuk mengidentifikasi partikel-partikel subatomik, yaitu partikel-partikel penyusun atom yang lebih kecil dari atom itu sendiri. Radiasi yang dipancarkan oleh zat radioaktif terdiri dari partikel-partikel seperti partikel alfa (inti helium), partikel beta (elektron atau positron), dan sinar gamma (radiasi elektromagnetik berenergi tinggi). Dengan mempelajari sifat-sifat radiasi ini, para ilmuwan dapat menyimpulkan keberadaan dan karakteristik partikel-partikel subatomik. Penemuan elektron oleh J.J. Thomson, misalnya, melibatkan penggunaan tabung sinar katoda yang menghasilkan partikel beta. Eksperimen Rutherford dengan partikel alfa membuka jalan bagi pemahaman tentang inti atom yang mengandung proton dan neutron. Penemuan neutron oleh James Chadwick juga melibatkan radiasi dari unsur radioaktif berilium. Identifikasi partikel subatomik ini merupakan langkah fundamental dalam membangun model atom yang akurat.
-
Penentuan Nomor Atom dan Nomor Massa: Keradioaktifan juga berperan penting dalam penentuan nomor atom dan nomor massa suatu unsur. Nomor atom, yang merupakan jumlah proton dalam inti atom, menentukan identitas suatu unsur. Nomor massa, yang merupakan jumlah total proton dan neutron dalam inti atom, memberikan informasi tentang massa atom. Unsur-unsur radioaktif mengalami peluruhan radioaktif, yaitu proses di mana inti atom yang tidak stabil memancarkan partikel atau energi untuk menjadi lebih stabil. Dalam proses peluruhan, terjadi perubahan pada nomor atom dan nomor massa inti atom. Dengan mempelajari jenis dan energi radiasi yang dipancarkan dalam proses peluruhan, para ilmuwan dapat menentukan nomor atom dan nomor massa unsur yang bersangkutan. Teknik ini sangat berharga dalam mengidentifikasi unsur-unsur baru dan memahami hubungan antara berbagai unsur dalam tabel periodik.
-
Pengembangan Model Atom: Keradioaktifan juga berkontribusi pada pengembangan model atom dari masa ke masa. Eksperimen hamburan partikel alfa oleh Rutherford, yang menggunakan partikel alfa dari sumber radioaktif, menghasilkan penemuan inti atom dan model atom nuklir. Model atom Bohr, yang memperkenalkan konsep tingkat energi elektron, juga didasarkan pada pengamatan spektrum emisi atom yang dihasilkan dari transisi elektron. Model atom mekanika kuantum, yang merupakan model atom modern, dikembangkan dengan memanfaatkan pengetahuan tentang sifat-sifat partikel subatomik dan interaksi mereka, yang sebagian besar diperoleh dari studi tentang keradioaktifan. Dengan demikian, keradioaktifan telah menjadi landasan bagi pengembangan model atom yang semakin akurat dan komprehensif.
Bagaimana penemuan keradioaktifan memengaruhi model atom Rutherford?
Penemuan keradioaktifan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap model atom Rutherford, bahkan bisa dibilang menjadi katalis utama dalam mengubah pemahaman kita tentang struktur atom. Untuk memahami pengaruh ini, kita perlu melihat kembali konteks sebelum penemuan keradioaktifan dan bagaimana eksperimen Rutherford mengubah paradigma yang ada.
Sebelum Rutherford, model atom yang paling diterima adalah model atom "roti kismis" yang diajukan oleh J.J. Thomson. Model ini menggambarkan atom sebagai bola bermuatan positif dengan elektron-elektron kecil yang tersebar di dalamnya seperti kismis dalam roti. Model ini cukup sederhana dan dapat menjelaskan beberapa fenomena atom, tetapi memiliki keterbatasan dalam menjelaskan fenomena lain.
Di sinilah penemuan keradioaktifan oleh Henri Becquerel dan penelitian lebih lanjut oleh Marie dan Pierre Curie menjadi titik balik. Mereka menemukan bahwa unsur-unsur tertentu, seperti uranium dan radium, secara spontan memancarkan radiasi. Radiasi ini terdiri dari partikel-partikel bermuatan, seperti partikel alfa (inti helium) dan partikel beta (elektron). Penemuan ini membuka jalan bagi eksperimen-eksperimen baru untuk menyelidiki struktur atom.
Rutherford, yang saat itu bekerja di Universitas Manchester, menyadari potensi partikel alfa sebagai "proyektil" untuk menembak atom dan menguji model atom Thomson. Ia melakukan eksperimen hamburan partikel alfa yang terkenal, di mana ia menembakkan partikel alfa ke lapisan tipis emas. Hasil eksperimen ini sangat mengejutkan dan tidak sesuai dengan prediksi model atom Thomson.
Jika model atom Thomson benar, maka partikel alfa seharusnya hanya mengalami sedikit pembelokan saat melewati lapisan emas. Namun, Rutherford dan timnya menemukan bahwa sebagian besar partikel alfa melewati lapisan emas tanpa mengalami pembelokan yang signifikan, tetapi sebagian kecil partikel alfa mengalami pembelokan yang sangat besar, bahkan ada yang memantul kembali. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar ruang dalam atom adalah kosong, dan sebagian besar massa dan muatan positif atom terkonsentrasi di wilayah yang sangat kecil di pusat atom.
Rutherford kemudian mengusulkan model atom nuklir, yang menggambarkan atom sebagai inti kecil bermuatan positif (nukleus) yang dikelilingi oleh elektron-elektron yang bergerak mengorbit inti seperti planet mengelilingi matahari. Model ini revolusioner karena menggantikan model atom "roti kismis" yang statis dengan model atom dinamis dengan inti yang terpusat.
Jadi, bagaimana penemuan keradioaktifan memengaruhi model atom Rutherford? Singkatnya, keradioaktifan menyediakan alat (partikel alfa) dan bukti (hasil eksperimen hamburan) yang memungkinkan Rutherford untuk menguji dan menumbangkan model atom Thomson, dan mengusulkan model atom nuklir yang menjadi dasar bagi pemahaman kita tentang struktur atom hingga saat ini.
Apa saja aplikasi keradioaktifan dalam bidang kedokteran dan industri?
Keradioaktifan memiliki beragam aplikasi yang sangat bermanfaat dalam bidang kedokteran dan industri, meskipun perlu diingat bahwa penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan prosedur keselamatan yang ketat. Mari kita bahas beberapa contoh aplikasi keradioaktifan dalam kedua bidang ini:
Dalam Bidang Kedokteran:
-
Diagnosis Penyakit: Isotop radioaktif digunakan sebagai perunut (tracer) dalam berbagai prosedur diagnostik. Perunut radioaktif adalah zat radioaktif yang disuntikkan ke dalam tubuh pasien dan dapat dideteksi dari luar menggunakan kamera khusus. Radiasi yang dipancarkan oleh perunut memberikan informasi tentang fungsi organ dan jaringan dalam tubuh. Contohnya, iodin-131 digunakan untuk pemindaian tiroid, technetium-99m digunakan untuk pemindaian jantung dan tulang, dan gallium-67 digunakan untuk mendeteksi infeksi dan tumor. Teknik ini membantu dokter untuk mendiagnosis berbagai penyakit, seperti kanker, penyakit jantung, dan gangguan tiroid.
-
Terapi Kanker: Radiasi berenergi tinggi dari sumber radioaktif digunakan untuk membunuh sel kanker dalam terapi radiasi. Radiasi merusak DNA sel kanker, sehingga menghambat pertumbuhan dan penyebarannya. Terapi radiasi dapat diberikan dari luar tubuh (radioterapi eksternal) atau dari dalam tubuh (radioterapi internal atau brakiterapi). Dalam radioterapi eksternal, sinar-X atau sinar gamma diarahkan ke tumor dari luar tubuh. Dalam brakiterapi, sumber radioaktif ditempatkan langsung di dalam atau dekat tumor. Isotop radioaktif seperti cobalt-60, iridium-192, dan cesium-137 sering digunakan dalam terapi radiasi.
-
Sterilisasi Peralatan Medis: Radiasi gamma digunakan untuk sterilisasi peralatan medis, seperti jarum suntik, kateter, dan peralatan bedah. Radiasi membunuh bakteri, virus, dan mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan infeksi. Sterilisasi dengan radiasi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode sterilisasi lainnya, seperti sterilisasi panas atau kimia, karena tidak meninggalkan residu dan dapat mensterilkan peralatan yang dikemas.
Dalam Bidang Industri:
-
Pengujian Tanpa Merusak (Non-Destructive Testing): Radiasi digunakan untuk memeriksa kualitas dan integritas material tanpa merusaknya. Teknik ini sangat berguna dalam industri manufaktur, konstruksi, dan energi. Contohnya, radiografi industri menggunakan sinar-X atau sinar gamma untuk mendeteksi cacat internal dalam logam, beton, dan material lainnya. Radiasi juga dapat digunakan untuk mengukur ketebalan material, memeriksa sambungan las, dan mendeteksi korosi.
-
Pengukuran Ketebalan dan Kepadatan: Radiasi digunakan untuk mengukur ketebalan dan kepadatan material dalam berbagai proses industri. Contohnya, dalam industri kertas, radiasi beta digunakan untuk mengontrol ketebalan kertas yang diproduksi. Dalam industri makanan, radiasi gamma digunakan untuk mengukur kepadatan produk dalam kemasan.
-
Sterilisasi Produk: Radiasi digunakan untuk sterilisasi produk makanan dan produk industri lainnya. Sterilisasi radiasi membunuh bakteri, serangga, dan mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan pembusukan atau kerusakan. Contohnya, radiasi gamma digunakan untuk memperpanjang umur simpan buah-buahan, sayuran, dan daging. Radiasi juga digunakan untuk mensterilkan peralatan medis, kosmetik, dan produk farmasi.
-
Penanggalan Radiokarbon: Isotop radioaktif karbon-14 digunakan untuk menentukan umur material organik, seperti kayu, tulang, dan artefak arkeologi. Teknik ini sangat penting dalam arkeologi, paleontologi, dan geologi. Dengan mengukur jumlah karbon-14 yang tersisa dalam suatu sampel, para ilmuwan dapat memperkirakan umur sampel tersebut.
Secara keseluruhan, keradioaktifan memiliki aplikasi yang luas dan beragam dalam bidang kedokteran dan industri. Aplikasi-aplikasi ini memberikan manfaat yang signifikan dalam diagnosis dan pengobatan penyakit, peningkatan kualitas produk, dan pemahaman sejarah bumi dan peradaban manusia.